Terus tentang masalah "teori", atau "konspirasi." Maaf tapi gue harus meluruskan yah. Calciopoli sama sekali bukan tentang masalah teori, atau konspirasi. Makna sebenarnya dari konspirasi, kalo kita coba lihat ke kamus English grammar, atau tanya orang yang benar-benar ahli dalam bahas Inggris, adalah sesuatu yang belum bisa dibuktikan secara nyata, atau dengan kata lain, baru sekadar spekulasi. Misalnya, UFO, Elvis masih hidup, atau substansi acara2 gosip di TV-TV Indonesia, dll. Nah, manakala spekulasi ini telah bisa dibuktikan kebenarannya secara riil, maka dia nggak lagi menjadi spekulasi/konspirasi, melainkan dia menjadi fakta. Dan itulah calciopoli—bahkan lebih dari itu semua.
Dari sejak awal calciopoli tidak pernah menjadi spekulasi/teori/konspirasi, semua tentang calciopoli adalah FAKTA. Apa dokumen keputusan pengadilan yang menjebloskan Juventus (disitulah ironinya) yang menyatakan bahwa Juventus TIDAK BERSALAH ATAS SELURUH TUNTUTAN YANG DIALAMATKAN KEPADANYA adalah teori? Spekulasi? atau Konspirasi? Karena itulah di Italia, paling tidak di kalangan Juventini & orang-orang yang mau jujur, calciopoli (skandal sepakbola), terutama sejak penelitian2 serius tentang masalah ini keluar, lebih dikenal dengan "FARSO-POLI", artinya, SKANDAL SANDIWARA.
Terus terang gw enggak nyalahin kalian atau siapapun di sini yang selama ini berpikir demikian. Understandable, really.. Kita memang nggak diberi kesempatan sama sekali (oleh media) untuk melihat masalah ini dari sumber aslinya yang valid. Bukan hanya kita Juventini/fans bola Indonesia, tapi juga fans bola Internasional di seluruh dunia, di luar dari Italia. Paling tidak, sebagai contoh, itulah yang gue temui 2 tahun terakhir ini di banyak forum-forum bahasa Inggris. Sampai sekarang—kecuali jumlah yang masih sangat sedikit yang aware tentang masalah ini. Karena itulah, kenapa kita ada di sini sekarang. Yeehaa!
Kisah ini telah direncanakan selama hampir 10 tahun dan tidak memiliki hubungan apapun dengan sepakbola, melainkan dengan uang, kekuasaan, dan politik. Saya terlibat dalam berbagai aktivitas berkisar tentang Calciopoli dan telah menjadi semacam ahli dalam topik ini. Saya mahir dalam bahasa Italia dan karenanya dapat menelusuri arsip-arsip artikel surat kabar, wawancara, dan buku (ditulis oleh ahli hukum).
Bagaimanapun, bukti paling kuat yang Anda bisa dapatkan ada pada membaca pernyataan-pernyataan dan dakwaan-dakwaan yang dibuat oleh para hakim yang memimpin peradilan dan banding (kasus ini). Kebanyakan fans Juventus dan Anti-Juventus (khususnya yang berada di luar Italia) tidak mengetahui sama sekali bahwa tidak ada secuilpun bukti yang ada yang menghubungkan Moggi dan kawan-kawannya dengan satu saja pertandingan yang diatur. Kebanyakan orang tidak sadar akan deklarasi/pernyataan para hakim bahwa, “tidak ada pertandingan yang diatur dan pemilihan wasit juga legal” Cesare Ruperto, hakim CAF.
Jadi, mengapa dihukum? Sama membingungkannya, mengapa (AC) Milan (hanya) mendapatkan cubitan pada bahu setelah Meani mengancam seorang wasit penjaga garis melalui telepon, “Apabila Milan ada di lapangan biarkan benderamu turun kecuali bola ada di sisi lapangan yang berbeda, kalau tidak kami akan menyembelih kepalamu!” Mengapa seorang investor Inter (Milan) dan eks pegawai Inter dibiarkan untuk mengontrol peradilan ini? Orang ini, Guido , bukan hanya mennghilangkan bukti yang akan dapat membebaskan Juventus tetapi juga mengabaikan bukti yang dapat mencekal eks majikannya (Inter).
Apakah orang-orang tahu bahwa ada bukti rekaman telepon Udinese dan Milan mengatur sebuah pertandingan (agar berakhir seri, -ed.). Apakah orang-orang tahu bahwa ada bukti rekaman telepon Galliani dan Collina bertemu secara pribadi berjam-jam di restoran Meani? Apakah orang-orang tahu bahwa orang yang sama yang mensponsori sepakbola Italia melalui kepemilikannya terhadap TIM Mobile dapat berhasil menyadap panggilan-panggilan telepon yang pada gilirannya digunakan untuk menghabisi Juventus? Apakah mereka tahu bahwa dia memberikan rekaman-rekaman tersebut kepada partnernya (Moratti) secara ilegal melalui seorang petugas polisi yang mengamankan penyadapan itu dan kemudian memerintahkan agar itu semua dihilangkan atau dimusnahkan untuk menjaga agar tidak ada yang dapat digunakan melawan Inter? Pada akhirnya seorang pegawai keamanan pada Telecom Italia mengakui adanya rekaman-rekaman penyadapan “yang mencurigakan” dan petugas polisi tadi pun melakukan bunuh diri pada 21 Juli 2006 (namanya adalah Adamo Bove). Apakah ada orang yang tahu bahwa rekaman-rekaman penyadapan ketika itu tidak pernah diperdengarkan di dalam pengadilan meskipun tim pembela Juventus memohon untuk itu? Demikian juga ketika Juventus meminta untuk menggunakan bukti video, itu juga ditolak.
Orang-orang berada dalam kegelapan mengenai kasus ini karena adalah nyaman dirasa bagi sebagian orang untuk mempercayai tim mereka kalah karena ada pihak lain yang curang... yang lainnya tidak menyengaja dalam kegelapan karena bukti-bukti yang ada amat sulit untuk dicari dan berat untuk dipahami (kecuali Anda mahir dalam bahasa Italia). Hasilnya, saya telah mempertimbangkan untuk menulis sebuah buku dalam bahasa Inggris berkaitan dengan kasus ini (sekarang dikenal di Italia sebagai “Farsopoli”—artinya ‘Skandal Sandiwara’). Saya mempertanyakan tingkat dari public interest (maksudnya, ‘apakah orang-orang benar mau menghabiskan waktu untuk mendengarkan ini semua?’, -ed.). Akan memakan waktu berbulan-bulan untuk mengumpulkan ini semua dan saya akan benci melakukannya untuk hal yang sia-sia belaka. Untuk saat ini jangan segan untuk bertanya kepada saya apa saja yang kamu inginkan dan saya akan melakukan apa yang bisa saya lakukan untuk menerangi gulita dalam situasi ini. Saya akan sangat senang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda.
- Presiden FIGC (pada waktu itu): Franco Carraro (eks-Presiden Milan dan co-owner dari Lazio/Roma melalui kontrolnya terhadapCapitalia Credit Bank).
- Presiden La Lega Calcio: Adriano Galliani (Wakil Presiden Milan).
- Presiden Asosiasi Wasit Italia (AIA): Tulio Lanese, teman baik dan berafiliasi dengan Silvio Berlusconi, selain juga terkenal sebagai seorang Milanista (dikenali dalam rekaman telepon sebagai Tulio “miLanese”) [sekarang AIA diketuai oleh Marcello Nicchi, sementara Collina menjadi konsultan AIA, -ed.].
- Penunjuk Wasit FIGC: Bergamo dan Pairetto yang merupakan bawahan Carraro, Lanese, dan Galliani sebagaimana dibuktikan oleh rekaman. Setelah itu Collina menduduki posisi ini setelah pertemuan rahasia bersama Galliani.
- Perdana Menteri (ketika itu): Silvio Berlusconi yang mengontrol beberapa stasiun TV, majalah, dan surat kabar, sebagaimana juga mengontrol salah satu dari partai politik Italia terbesar (Forza Italia). Melalui kepemilikan stasiun TV Berlusconi mengontrol seluruh hak siar TV sepakbola/olahraga (yang darinya dia mendapatkan banyak pemasukan) untuk seluruh tim yang berkompetisi di Serie A dan B (ini kemudian digunakan sebagai cara untuk memeras dalam rangka mempertahankan posisi Milan di jatah lolos ke Liga Champions).
- Sponsor Sepakbola Italia: Tronchetti Provera (salah satu pemegang saham terbesar Inter dan sahabat dekat Moratti), yang memiliki Telecom Italia dan anak perusahaannya TIM Mobile, yang bukan hanya menyediakan pemilik Inter Moratti dengan penyadapan telepon tetapi juga mensponsori seluruh kompetisi di Italia (Serie A TIM, Coppa Italia TIM, Supercoppa Italiana TIM). Dia juga pemilikPirelli Tires (sponsor utama Inter) dan juga pemilik LA7 (salah satu stasiun TV Italia terbesar).
- Presiden Federcalcio (Penginvestigasi FIGC): Borelli, rekanan politik Berlusconi dan tertangkap basah melakukan pertemuan rahasia dengan Galliani selama persidangan berlangsung.
- Komisioner Federcalcio: Guido , salah satu pemilik saham terbesar Inter dan mantan Direktur Inter serta juga duduk dalam jajaran Direksi Utama Telecom Italia.
- Presiden La Gazzetta dello Sport: Carlo Bore, juga merupakan Wakil Presiden Inter.
- Editor dan Redaktur La Gazzetta dello Sport: Verdelli dan Cannavo’, keduanya pemegang saham di Inter.
- Wakil Presiden Federcalcio: Massimo Moratti, pemilik Inter.
- Komisioner Federcalcio saat ini yang sedang menginvestigasi Inter perihal Penggelapan Pembukuan Keuangan: Stefanini, juga merupakan pengacara untuk tim sepakbola La Spezia (yang 40% sahamnya dimiliki oleh Moratti).
Jadi, apakah masih terlihat seperti sebuah “Sistem yang dikontrol oleh Moggi”?
Pada akhirnya (dan percayalah, masih ada banyak lagi ‘kisah’ yang belum dijelaskan) saya ingin menginformasikan kepada Anda tentang apa sebenarnya tuduhan/dakwaan yang ditimpakan kepada Juventus. Tuduhan pengaturan pertandingan berputar pada 3 poros pertandingan. Ini adalah kunci untuk memahami kasus ini dan seluruhnya telah membuktikan betapa konyolnya kasus tersebut.
Pertandingan 1: Lecce-Parma—ya bacaan Anda benar. Pertandingan ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Juventus tetapi pertandingan ini membuat Fiorentina bertahan di Serie A pada 2005. Tuduhannya adalah bahwa “wasit yang dikontrol Moggi,” De Santis mengatur pertandingan karena permintaan Moggi setelah Della Valle (pemilik Fiorentina) meminta kepada Moggi pertolongan. Sebenarnya Moggi tidak tahan (benci) dengan De Santis dan De Santis juga tidak tahan dengan Juventus. De Santis-lah (yang mengaku sebagai Interista) yang menganulir sebuah gol Juventus yang sah pada ajang Supercup Italia yang akhirnya membuat Juve kehilangan trofi tersebut sehingga diserahkan kepada Inter secara salah. Seluruh penyadapan telepon berkaitan dengan pertandingan ini menunjukkan Della Valle mengontak Bergamo (penunjuk wasit) dan Carraro (Presiden FIGC) dan Mazzei (Wakil Presiden FIGC) secara langsung tanpa sama sekali menyebutkan Luciano Moggi.
Pertandingan 2: Juventus-Udinese—pertandingan yang sebenarnya “diatur” adalah Udinese-Bologna pekan sebelumnya. Asumsinya adalah bahwa “wasit yang dikontrol Moggi” memberikan kartu kuning kepada para pemain Udinese yang sebelumnya telah menerima ambang batas kartu kuning sehingga mereka tidak dapat bermain melawan Juventus. Para pemain yang dihadiahi kartu kuning pada hari itu adalah Pinzi dan Di Michele. Padahal sebenarnya keduanya belum menerima kartu kuning sebelumnya dan keduanyapun ada di lapangan melawan Juventus pada pertandingan berikutnya.
Pertandingan 3: Juventus-Sampdoria—di sini tuduhan yang berkembang adalah bahwa “wasit yang dikontrol Moggi” mensahkan sebuah gol yang offside sehingga Juventus dapat melenggang dengan kemenangan 1-0 atas Sampdoria. Pertandingan itu sendiri sebenarnya berakhir 0-1 untuk Sampdoria dengan Aimo Diana mencetak sebuah gol yang offside. Hasil pertandingan tersebut masih bisa diketemukan di espn.com sampai hari ini.
Untuk menutup ini, harus digaris-bawahi bahwa baik Cesare Ruperto (hakim CAF) dan Piero Sandulli (hakim CF/Pengadilan Federal) telah menyatakan bahwa TIDAK ADA aksistensi sistem rekayasa kartu kuning direncanakan (no systems of pre-planned yellow cards existed) dan TIDAK ADA pula pertandingan yang telah diatur (no game was fixed) oleh para wasit. Juga telah ditekankan bahwa pengaturan wasit muncul sepanjang musim secara regular/normal. Atau dalam kata lain musim kompetisi itu sah/legal. Panggilan-panggilan telepon menunjukkan tindakan-tindakan tidak sportif (unsportmanlike conduct) dilakukan oleh SELURUH PIHAK akan tetapi ini adalah pelanggaran terhadap ‘Artikel 1’, yang hanya dapat dihukum dengan satu hingga 3 pengurangan poin serta juga kemungkinan denda.
Pada akhirnya, bunyi dakwaan hukuman CAF menyatakan bahwa “walaupun tidak ada pelanggaran Artikel 6 yang dapat ditemukan di dalam investigasi, kelakukan umum Moggi dan Giraudo (Antonio hanya terdengar pada 3-5 panggilan telepon, kebanyakannya tidak mengandung apapun) telah menciptakan kondisi tidak sportif yang menguntungkan Juventus pada papan klasemen SEBAGAIMANA DIBUKTIKAN OLEH FINISH PERTAMA MEREKA DI DALAM MUSIM KOMPETISI YANG DIPERSOALKAN.” Ini seperti mengatakan bahwa mengemudi adalah bukti bahwa seseorang adalah pencuri mobil. Kesimpulannya, bunyi dakwaan hukuman mencoba untuk meyakinkan kita untuk mempercayai bahwa Juventus meraih sebuah keuntungan yang tidak adil dengan tanpa mengondisikan wasit atau mengatur satu pertandinganpun... Misterius kan?
Jangan ragu untuk bertanya kepada saya pertanyaan apapun. By the way, tidak ada satupun rekaman pembicaraan antara Moggi dan seorang wasit atau penjaga garis dengan satu pengecualian: Paparesta menelepon Moggi untuk meminta maaf setelah kesalahan yang dia lakukan membuat Juventus kehilangan satu pertandingan (kalah) melawan Reggina. Moggi hanya menjawab dengan satu kalimat,“Saya tidak punya apapun untuk dikatakan kepada Anda,” dan kemudian menutup telepon.
Saya menikmati menyibakkan cahaya tentang masalah ini jadi jangan sungkan untuk menyebarkan poin-poin saya kepada yang lain dan tanya apa saja yang kamu suka.
FORZA JUVE!
Giuseppe Solinas
(Socio di Giu le Mani dalla Juve).
- La Gazzetta dello Sport. Suratkabar kota Milan, paling populer & beroplah terbesar di Italia. Pemiliknya adalah Carlo Buora. Linknya ke Inter semuanya bersumber dari orang ini. Karena itu banyak redaktur-redakturnya adalah mantan direktur-direktur di Inter. Buora juga VP (wapres) Pirelli dan sekarang malah VP Telecom Italia (TI). Baik Pirelli maupun TI punya sejarah panjang dengan dua direktur Inter (Tronchetti pemilik Pirelli dan Moratti pemilik Inter sementara pada saat yang bersamaan keduanya juga duduk dalam BoD’s TI). Oh iya, calciopoli itu sendiri pada awalnya bermula dari artikel di koran pink kertas toilet ini medio Mei 2006 (perhatikan timing-nya yang di akhir kompetisi. Cute huh?) yang “katanya” mengungkapkan transkrip percakapan antara Moggi dengan beberapa penunjuk wasit. Dari sinilah “keajaiban-keajaiban” itu dimulai..
- Il Corriere dello Sport. Dari kota Roma. Koran murahan ini dimiliki oleh RCS Media Group, semacam perusahaan holding companyyang presiden direkturnya adalah... Carlo Buora. Dan maaf kalau yang ini juga membosankan: redaktur-redakturnya juga direktur klub yang “ITU” juga. Mereka, sebagaimana seluruh media dari Roma, cukup punya pendekatan yangg simpatik kepada AS Roma, tapi nggak begitu klo dg Lazio.
- Il Corriere della Serra. Kurang lebihnya sama dengan Corriere della Sport, mereka dimiliki oleh RCS Media Group juga.
- Tuttosport. Ini yang paling kontroversial. Bukankah dari dulu mereka pro-Juve? Umm.. enggak juga. Dari dulu mereka pro-Torino, paling tidak dari perspektif sejarah. Coba aja lihat banner-nya. Ada sesuatu yang familiar? Mereka terkesan “pro-Juve” ya jelas lah sebabnya. Mereka kan dari Provinsi Piemonte, yang penduduknya kalo enggak Bianconeri ya Granata/Torino fans, plus ditambah mereka nggak punya pengaruh di luar region itu, jadi wajar kalo mereka ‘satu-satunya’ yang sering berbicara bagus tentang Juve, atau punya direktori khusus Juventus di websitenya misalnya, dll., dll. Tapi yang orang enggak banyak tahu adalah MEREKA TIDAK (LAGI) PRO-JUVE. Beberapa fakta spektakuler yang perlu kita ketahui:
a). FAKTA bahwa belakangan mereka diakuisisi oleh RCS Media Group. Perusahaannya si Carlo Buora tadi, orang yang sama yang juga pernah menjadi presiden Inter untuk sekian lamanya. Lagi-lagi jejaring conflict of interest semakin menjalar.
b). FAKTA bahwa beberapa waktu lalu (2007?)—dan ini adalah konfirmasi terhadap “fakta a” di atas, salah satu editor senior mereka dipaksa untuk mengundurkan diri karena dia ngotot mempertahankan/tidak mau mencabut sebuah artikel yang dia tulis yang menyerang Collina dan wasit-wasit (inti artikel itu sebenarnya mengungkapkan perlakuan tidak adil wasit-wasit, terutama Collina, thd Juve).
Jadi jangan heran kalau dalam penelitian baru-baru ini media di Italia menduduki peringkat 79 di dunia, ‘seri’ dengan Botswana di Afrika (kalau enggak salah yang mengadakan penelitian Mahkamah Internasional. Hilang entah di mana linknya dari file-file saya. Kalau ada kesempatan insya Allah saya post deh).
Perbincangan kita tentang jejaring conflict of interest di media-media ternama Italia berputar pada sosok Carlo Buora. Link-link berikut ini lebih dari cukup sebagai konfirmasi apa yang telah kita uraikan di atas:
http://www.key4biz.it/Who_is_who/2007/02/Buora_Carlo.html
http://www.rcsmediagroup.it/wps/portal/mg/business/newspapers?language=en
http://www.inter.it/aas/news/reader?L=it&N=35076&stringa=%22carlo%20buora%22
Jadi, sekarang saya balik bertanya kepada semuanya, dengan seluruh kerendahan hati, apakah mungkin kita bisa mendapatkan potongan-potongan puzzle yang membantu (baca: valid) tentang apa itu calciopoli hanya dengan semata-mata mengandalkan pemberitaan/artikel dari koran-koran itu tadi? Atau sama anehnya, berharap Juventini di Indonesia ini yang haus akan “kebenaran” dibantu dicukupkan hanya dengan mem-posting koran-koran sampah itu tadi? Kalau kita semua menjawab dengan jujur maka kita bisa kembali ke poin yang saya singgung sebelumnya (tentang kebutuhan kita terhadap penelitian mendalam).
Ok. Saya jadi ingat dengan kerancuan yang muncul belakangan yang bisa membingungkan banyak orang (termasuk bagi yang selesai membaca pemaparan di atas). Mudah-mudahan tanggapan yang saya rangkum dari Giuseppe setelahnya bisa membantu mematahkannya,
Kerancuan:
# Mengapa beberapa tahun terakhir La Gazzetta seperti berbalik badan dari Inter (dan juga sedikit terhadap Milan) dengan banyak menerbitkan pemberitaan-pemberitaan yang “pro-Juve”? (Contoh DVD Amore Bianconero yang mereka terbitkan, kemudian pada musim 2007-2008 mereka mempublikasikan penelitian statistik mereka yang menyatakan bahwa Juve telah dirampok 7 poin oleh wasit, dsb.)
Tanggapan:
Sederhana saja: isu ekonomi.
Iya, ini adalah opini jadi saya pikir fair kalaupun ia diperlakukan demikian (maksud saya masih harus dibuktikan dengan berjalannya waktu, lihat posting pertama saya), walaupun tetap saya tegaskan bahwa ia didasarkan pada sesuatu yang konkrit.
Bedebah-bedebah yang ada di kertas toilet pink itu masih dimiliki dan dioperasikan oleh Carlo Buora dan diapun masih tetap berhubungan erat dengan Inter, TETAPI setelah farsopoli terjadi sebuah boikot kolektif para Juventino dimulai. Di antara target utamanya adalah La Gazzetta. Ada beberapa perusahaan lainnya dan saya akan menyediakan link-nya di bawah nanti.
Disciplinare (Disciplinary, atau sidang tahapan awal)
CAF (Komisi Banding Federal, jika terpidana memutuskan untuk mengajukan banding—setelah dia telah dinyatakan bersalah dalam sidang Diciplinary)
Corte Federale (Pengadilan Federal, jika terpidana memutuskan untuk banding lagi—setelah dia dinyatakan bersalah oleh persidangan CAF)
Di setiap negara formatnya seperti itu kan? Saya tidak begitu mendalami tahapan peradilan juridiksi hukum di Indonesia, tapi kalian sudah dapat gambarannya.
Nah, di sinilah di mana Guido , komisioner Federcalcio ketika itu, menganulir tahapan Disciplinare dari persidangan dan walaupun itu adalah ilegal... pertunjukan (sandiwara)nya terus dilanjutkan. Lebih luar biasa lagi, di tahapan CAF, Guido juga menendang seluruh hakim-hakim yang telah dipersiapkan institusi CAF dan memasukkan hakim-hakim yang baru... Apa tidak ada yang lucu tentang itu?
Adapun tentang dokumen fisik pengadilannya itu sendiri, saya punya semuanya (dalam format pdf). Bahkan saya punya dokumen materi banding Juventus yang tadinya mau diserahkan ke TAR (Pengadilan Administratif Regional) Lazio, tapi kemudian ditarik kembalik secara misterius.. Bagaimana misteriusnya? Saya tidak mau menjelaskan itu sekarang, tapi kita sedang menuju ke sana, pada waktunya. Ini bukan untuk alasan dramatisasi, saya hanya tidak ingin loncat-loncat. Cukuplah saya katakan sekarang bahwa jika seandainya materi banding Juve ini diserahkan ketika itu dan juga sekaligus kita tahu kenapa itu ditarik kembali oleh Juventus, maka ia akan membebaskan & membersihkan nama Juventus dan juga sekaligus menyeret pihak-pihak baru yang sebelumnya tidak pernah disebutkan. Oleh karena itulah siapa saja teman-teman yang mendalami masalah ini tahu bahwa farsopoli bukan sekedar masalah keterlibatan TIM atau yang lainnya yang saya yakin kebanyakan orang sudah paham, walaupun bukan berarti itu poin yang tidak penting.
Saya akan upload/kirim ke siapa saja yang mau. Hanya ada satu masalah, semuanya ada dalam bahasa Italia.
Terakhir, siapapun seharusnya tidak perlu takut/khawatir postingannya di-delete mod karena saya yakin mod nggak akan men-delete pertanyaan/usulan yang konstruktif, betapapun sederhananya mungkin di pandangan sebagian orang. Terkadang, pertanyaan yang paling sederhana adalah pertanyaan yang paling penting.
Postingan selanjutnya adalah rincian tentang dakwaan CAF, yang isinya bisa dinominasikan sebagai 7 keajaiban dunia selanjutnya.
Berikut ini adalah kutipan-kutipan dari dakwaan hukuman yang menjebloskan Juventus ke Serie B.
Pertama-tama saya ingin menjelaskan perbedaan antara pelanggaran artikel 1 (pengurangan poin) dan pelanggaran artikel 6(degradasi). Artikel 1 adalah tindakan-tindakan tidak sportif (seperti menghina wasit) sementara artikel 6 adalah aktivitas terlarang (pengaturan pertandingan). Oleh karena tidak ada ditemukan pelanggaran-pelanggaran artikel 6 oleh Juve, CAF dan FIGC melakukan apa yang sebelumnya belum pernah dilakukan (dalam sejarah hukum di Italia). Mereka menciptakan (dan belakangan menganulir kembali) sebuah pelanggaran artikel yang distruktur/dikonstruksi dengan menambahkan secara sekaligus berbagai pelanggaran artikel 1 untuk menciptakan sebuah pelanggaran artikel 6. Ini seperti mengatakan bahwa mencuri 3 grand theft auto = sebuah pembunuhan. Ini adalah sesuatu yang sangat dikritisi oleh banyak para hakim danlawyers/ahli hukum lainnya.
Saya akan mengutip dakwaan-dakwaan hukuman dari Commissione d’Appello Federale (CAF) dan Corte Federale (CF). Poin-poin pentingnya adalah,
- Hlm. 74-75. CAF mengklaim bahwa tidak ada “cupola” atau “Sistem Moggi”, bertolak-belakang dengan keyakinan La Gazzetta.
- Hlm. 76. CAF mengklaim bahwa tidak ada pelanggaran artikel 6 terhadap Juventus dan oleh karena itu diperkenalkanlah pelanggaran artikel yang distruktur tadi (yang ditolak oleh banyak entitas legal). Alasan mengapa ini merupakan skandal yang sangat besar adalah karena ia berupaya untuk meyakinkan para pembaca bahwa sebuah tim (Juventus) mampu untuk mendapatkan posisi yang menguntungkan di dalam klasemen dengan tanpa mengatur hasil akhir dari satu pertandinganpun. Pertanyaan saya adalah bagaimana? Satu-satunya cara untuk meraih angka/poin adalah dengan memenangkan pertandingan atau seri. Kalau Juve tidak ditemukan mengatur pertandingan maka bukankah ini artinya klasemen itu sendiri menjadi sah?
- Hlm. 83. CAF menyatakan bahwa pemilihan wasit telah dilaksanakan sesuai dengan aturan-aturan FIGC dan oleh karenanya seluruh penggilan telepon yang dibuat oleh Moggi ke Bergamo adalah legal dan tidak mempengaruhi pemilihan wasit.
- Hlm. 101. Saya yakin Anda pernah mendengar sistem kartu kuning Moggi untuk memastikan pemain-pemain kunci ditangguhkan/dilarang untuk bermain pada pertandingan selanjutnya melawan Juve. Pada halaman ini dakwaan CAFmenyatakan bahwa kartu kuning tidak direkayasa.
- Hlm. 65. CF mengklaim bahwa Moggi dan Giraudo beroperasi secara lepas (independently) dari Juventus dan pemiliknya. Dengan kata lain tim seharusnya dilepaskan dari degradasi dan hanya dua direktur ini yang disidangkan (ini adalah “celah” yang membuat Milan tetap bertahan di jatah UCL).
- Hlm. 61. CF menyatakan bahwa Juventus tidak bertanggung-jawab terhadap keselamatan Fiorentina setelah De Santis mempengaruhi (hasil) pertandingan antara Lecce dan Parma yang berakhir seri sehingga membuat La Viola dapat bertahan di Serie A.
- Hlm. 66. CF menyatakan bahwa walaupun Moggi tidak mempraktikkan “kemampuannya” untuk mengondisikan pertandingan-pertandingan, dia masih memiliki kemampuan itu. Jadi hanya karena Anda memiliki sebuah mobil dan sebuah botol anggur Anda dapat dihukum karena memiliki kemampuan untuk minum dan mengemudi?
- Hlm. 74. CF mengakui bahwa tidak ada bukti pengaturan pertandingan (artikel 6) yang eksis.
- Hlm. 77. CF akhirnya mengkonklusikan bahwa bukti yang digunakan terhadap Juventus adalah “...keuntungan Juventus dibuktikan oleh posisi mereka dalam klasemen pada akhir musim.” Benar... mereka bersalah karena mereka finishpertama. Jadi Anda dapat mengemudi merupakan bukti bahwa Anda juga adalah pencuri mobil. Are you laughing yet?
Di sini Anda dapat menemukan dokumen persidangan resmi FIGC (dalam bahasa Italia):
http://www.figc.it/italiano/comunicati_stampa_caf/comunicati_stampa_caf_2006/com_stampa_caf_luglio.htm
Link ke-3 ke bawah.
Ini adalah artikel yang merangkum seluruh perkara-perkara melanggar hukum di dalam persidangan (termasuk tidak diperbolehkannya untuk mendengarkan rekaman):
http://www.ju29ro.com/farsopoli/38-i-processi-fuorilegge.html
Hakim CAF Piero Sandulli diwawancarai oleh Il Giornale pada 27 Juli 2006 di mana dia ditanya apa alasan dibalik dakwaan hukuman yang ia setujui. Jawaban dia adalah, “Tidak ada aktivitas terlarang, musim 2004-2005 tidak diatur. Satu-satunya keraguan yang kami miliki adalah Lecce-Parma (yang tidak melibatkan Juventus atau Moggi) yang kami lihat terus-menerus (dengan tanpa video). Yang jelas musim kompetisi itu sah.” Saya juga harus menambahkan bahwa Sandulli memiliki rekam-jejak kriminal dalam bentuk aktivitas penipuan ketika ia di Rome City Hall (semacam DPRD Kota Roma) dan dia juga seorang fans fanatik Lazio.
Hakim CAF Mario Serio menyatakan dalam sebuah wawancara di La Repubblica pada 27 Juli 2006 bahwa “Meskipun tidak ada bukti menyangkut pengaturan pertandingan, Juventus dihukum ke Serie B dan (dua) gelar mereka dicopot setelah mempertimbangkan keinginan kolektif dari pihak-pihak yang terlibat dalam investigasi.” ‘Pihak-pihak’ yang seluruhnya rupanya merupakan Interista dan ini bukan hanya dari sudut pandang seorang fans—melainkan kenyataannya memang demikian.
Perhatikan bahwa tidak ada rekaman penggilan telepon yang diperdengarkan di persidangan. Ya benar. Hanya beberapa lembar transkrip yang digunakan, transkrip-transkrip yang telah dimanipulasi oleh mereka yang membeberkannya ke persidangan (ada penjelasan nama-nama dan pengakuannya).
Perhatikan bahwa tidak ada bukti video yang diperbolehkan untuk digunakan oleh pembela (tersedia link kepada video-video yang mempersaksikan itu).
Perhatikan bahwa tidak ada saksi-saksi yang diperbolehkan untuk dipakai.
Perhatikan bahwa pembela memiliki tidak lebih dari 3 hari untuk mengumpulkan argumen mereka dan bahwa mereka tidak diserahi bukti-bukti (yang memberatkan) sebelum persidangan dilangsungkan bertolak-belakang dengan ketentuan hukum.. Akan tetapi justru media yang lebih dulu memegang informasi yang dimiliki penuntut umum. Apakah ini tidak aneh? Wapres Inter Carlo Buare adalah pemilik La Gazzetta dello Sport dan surat kabar ini juga dikelola oleh dua investor Inter (Verdelli dan Cannavo’), sementara Il Corriere dello Sport dikelola oleh Bartolozzi (Manajer Tim Inter).
Ini adalah sebahagian kecil dari banyak hal lainnya di luar sana. Inilah mengapa pikiran saya meledak setiap kali mendengar Juve adalah “penipu,” atau bahwa Moggi adalah seorang “kriminal.”
Jika diperlukan, saya juga bisa menambahkan banding TAR yang Juventus secara misterius tarik kembali hanya beberapa jam sebelum menuju ke persidangan. Materi banding ini disebut-sebut lebih dari cukup untuk membersihkan nama Juve dan menghancurkan sistem yang memerintah persepakbolaan Italia. Setelah banding ini ditarik kembali oleh Juve, FIGC mengucapkan terima kasih secara publik kepada Luca Cordero di Montezemolo (Direktur FIAT dan Presiden Ferrari). Beberapa bulan kemudian Tronchetti, pemilik Telecom Italia resmi mengumumkan kesepakatan sponsorship dengan Ferrari SpA di Formula 1.
'Juve Degradasi karena Presiden Inter Massimo Moratti' Christian Vieri (Goal.com) INILAH.COM, Milan – Mantan bomber Italia Christian Vieri membeberkan rahasia dibalik kasus Calciopoli yang menimpa Juventus. Vieri yakin tokoh yang menyebabkan Calciopoli adalah presiden Inter Milan Massimo Moratti. Pada 2006, Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) memutuskan untuk mendegradasi Juventus ke Seri B karena dianggap melakukan pengaturan hasil pertandingan. Skandal yang dijuluki Calciopoli tersebut dianggap sudah mencoreng sepak bola Italia. Tiga tahun berselang, Vieri akhirnya membeberkan rahasia sesungguhnya apa yang terjadi. Mantan striker Inter dan Juventus tersebut menegaskan otak dibalik skandal Calciopoli ini adalah Moratti. Vieri mengaku saat masih membela Inter, semua pemain Inter, termasuk dirinya, diharuskan untuk menandatangani dokumen yang isinya tidak boleh mencerita konspirasi Calciopoli yang dibangun Moratti dan perusahaan telekomunikasi Italia, Telecom Italia. Vieri menilai Moratti sudah gerah dengan sukses yang diraih Juventus saat itu, untuk itu sang presiden Inter menciptakan skandal Calciopoli. “Saya siap menunjukkan kepada siapapun dokumen itu, semua orang tahu apa yang terjadi. Saya tidak bisa menahan ini selamanya. 70% kontrak dibayar oleh Inter, dan 30% lainnya oleh Telecom, yang menggunakan saya sebagai bintang iklan jadi mereka bisa membayar pajak lebih kecil,” ujar Vieri kepada Firenze Viola. “Saya hanya berbicara masalah ini kepada Tuan (Rinaldo) Ghelfi di Inter. Saya turut berduka untuk Juventus karena saya memiliki kedekatan dengan mereka. Sama seperti Milan. Saya pikir saya melakukan suatu yang baik untuk presiden saya, yang memiliki banyak hal terjual karena memiliki kepribadian ganda,” kilahnya. Selain menghukum Juventus, Calciopoli juga memberi pengurangan poin terhadap AC Milan, Lazio dan Fiorentina. Selain presiden Inter Massimo Moratti, mantan presiden Telecom Tronchetti Provera serta mantan presiden FIGC Guido dianggap ikut membantu Moratti membangun konspirasi ini. Keduanya memang dikenal sebagai orang yang loyal terhadap Inter dan memiliki saham di klub tersebut. Sejak Calciopoli, Inter memang sukses mendominasi Seri A dengan tiga gelar Scudetto beruntun, padahal sebelumnya Inter tidak pernah juara sejak 1989. |
www. football-italia.net
New Calciopoli revelations
Friday 6 November, 2009
A witness at the Calciopoli trial in Naples has spoken of his belief that balls used to draw referees for games in the 2004-05 season were in fact 'tricked'.
Manfredi Martino, the former secretary to the National Refereeing Commission [CAN] also alleged that former referee designator Paolo Bergamo and Pierluigi Pairetto asked him to put pieces of paper with the names of certain referees into specific balls.
“On two occasions Bergamo and Pairetto told me explicitly to put the names of certain games and the names of certain referees into the balls that were easily recognisable,” Martino said.
He went on to explain how the balls were recognisable, saying that they were discoloured and looked as if they had been used before.
Martino spoke specifically about the draw between a match between Milan and Juventus, which at the time was being billed as a title decider.
“My sensation during the draw for the referee for that game was that something hadn't gone right because there was a strange bout of coughing from Bergamo when the journalist employed to make the draw chose the referees' yellow ball.”
The testimony has come under scrutiny even from chief prosecutor Giuseppe Narducci.
Luciano Moggi's lawyer Maurilio Prioreschi also asked Martino: “Why didn't you say so before?”
To which Martino responded: “Perhaps I said it and the Carabinieri didn't verbalise it.”
The trial continues.